Wednesday, January 21, 2009

Inspirator Idealisme

Pada Kamis subuh 15 Januari 2009, saya terbangun karena mendengar tangisan istri yang ternyata sedang menerima telpon. Suara di seberang telepon mengabarkan bahwa sepupunya, seorang dokter yang bertugas di Papua, hilang dalam insiden tenggelamnya Kapal Motor Risma Jaya dari Timika ke kabupaten Asmat. Ia adalah dr. Wendy Sitompul SpOG. seorang spesialis kandungan lulusan dari Universitas Indonesia. Pada tahun 2005-2006 bertugas PTT (Pegawai Tidak Tetap) di Timika, Papua. Selesai masa PTT, Bang Wendy (begitu kami memanggilnya) memutuskan untuk mengabdikan diri di Papua dan bahkan pada Januari 2008, Bang Wendy resmi menjadi dokter PNS yang ditempatkan di Papua.

Bang Wendy yang Januari ini tepat berusia 33 tahun, menikah dengan dr. Lidya Purba SpRd dan dikaruniai dua orang anak, Rachel dan Rainier. Sebenarnya setelah menyelesaikan masa PTTnya berbagai tawaran praktek dari rumah sakit swasta di Jakarta berdatangan untuknya. Namun ia yakin bahwa keahliannya akan lebih banyak berguna di Papua karena di Jakarta telah tersedia cukup banyak dokter kandungan. Ia sedang terlibat dalam pembangunan Rumah Sakit di kota Agats yang didanai oleh PBB. Bang Wendy tergabung dalam program Departemen Kesehatan Save Papua untuk memberantas HIV/AIDS.

Kapal Motor Risma Jaya mengalami kerusakan (lambung bocor) setelah dihantam ombak besar dan tenggelam di Muara Kali Aswet Distrik Agast Kabupaten Asmat Provinsi Papua, tanggal 13 Januari 2009. Menurut informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, Bang Wendy lah yang mengabarkan kepada petugas kapal di darat mengenai kerusakan kapal sekaligus meminta bantuan penjemputan. Saat kapal bantuan datang, Ia dan kedua dokter lainnya mendahulukan penyelamatan puluhan penumpang lainnya dengan memberikan pelampung sementara Bang Wendy dan 4 orang yang tersisa menaiki sekoci tanpa pelampung. Sekoci itu hilang, dan Bang Wendy ditemukan oleh penduduk setempat terdampar di pantai kampung Teer dalam kondisi sudah tak bernyawa…...

Saya sendiri adalah seorang PNS Departemen Luar Negeri, seseorang yang dididik dan dibentuk untuk menjadi kepanjangan tangan Republik Indonesia di negara lain. Sebagai seorang diplomat saya diharapkan memiliki performa baik sehingga dapat dianggap layak untuk menjadi bagian dari Perwakilan RI di luar negeri, dimanapun letaknya di penjuru bumi ini. “Penempatan”, itulah kata yang ditunggu dengan harap-harap cemas oleh seluruh Pejabat Dinas Luar Negeri.

Seorang dokter juga diwajibkan untuk “penempatan” dalam hal ini bertugas pada Dinas Kesehatan di seluruh penjuru provinsi Indonesia. Jika ditempatkan di pulau Jawa kewajiban PTT harus dipenuhi selama 3 tahun, akan tetapi bila memilih luar pulau Jawa, utamanya tempat-tempat terpencil yang belum terjangkau layanan kesehatan, maka waktu nya dipersingkat menjadi 1 tahun. Klausul yang kurang lebih sama juga terdapat dalam dunia kediplomatan, yaitu hardship post, tempat-tempat dimana kondisi keamanan kurang kondusif maupun kota-kota dengan tingkat polusi tinggi.

Jenazah Bang Wendy disemayamkan di almamaternya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan mendapat penghargaan Ksatria Bakti Husada Arutala dari Departemen Kesehatan. Begitu besar penghargaan yang diterima oleh almarhum, seorang dokter yang idealis, mengabdikan diri untuk ilmu yang ia terima karena cita-citanya menjadi seorang dokter. Idealisme yang di zaman saat ini mudah sekali luntur oleh sejumlah uang, kenyamanan maupun keistimewaan-keistimewaan lainnya. Idealisme yang tergantikan oleh pragmatisme dan simplifikasi. Bang Wendy telah mengajarkan saya nilai indah idealisme, dimana bisa berguna bagi orang lain, bisa berguna bagi yang membutuhkan jauh lebih berarti dan menenangkan hidup daripada sekadar umur. Bang Wendy, kaulah inspirator idealisme.

No comments: